99 Cahaya di Langit Eropa: Selalu Ada Rahasia Dibalik Pertemuan dengan Sebuah Buku


BOOK - Sudah tiga belas tahun semenjak buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini diterbitkan. Jika melihat rentang waktunya, bukankah saya begitu terlambat jika ingin mengulas buku ini sekarang? Namun, mari kita abaikan tentang keterlambatan tersebut. Saya hanya benar-benar ingin membagikan pemikiran dan perasaan mengenai buku ini.

Book Information

Judul: 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis: Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2011
Halaman: 392

How did it start?

Saya masih ingat ketika film dengan judul 99 Cahaya di Langit Eropa tayang dan menjadi buah bibir di Indonesia. Kalau tidak salah, saya masih duduk di bangku kelas 6 SD atau sekitar SMP awal ketika itu. Sebagai anak yang “fomo”, tentu saya ikut mengikuti kebanyakan orang menonton film garapan sutradara Guntur Soeharjanto tersebut.

Sebenarnya saya tidak begitu ingat mengenai detail cerita dan adegan di film tersebut. Bagian yang paling saya ingat adalah tokoh utama yang akhirnya memutuskan berhijab setelah menjelajahi Islam di Eropa. Dan jangan lupakan adegan tentang tulisan Arab pseudo-kufic di lukisan Bunda Maria serta garis lurus imajiner antara Axe Historique dan Mekkah.

Kemudian, bagaimana saya bisa tiba-tiba tergerak untuk membaca buku yang telah terbit belasan tahun lalu ini? Alasannya mungkin sedikit nyeleneh. Berangkat dari kisah mualaf pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen yang mendapat hidayah di negeri Tulip Belanda, saya jadi teringat film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Tiba-tiba saya menyadari bahwa ternyata hidayah bisa datang di mana saja. Kisah mualaf Ragnar Oratmangoen ataupun kisah Hanum yang jatuh cinta lagi terhadap Islam, menjadi sedikit dari banyaknya bukti bahwa cahaya Islam bisa masuk ke dalam hati seseorang bahkan di tempat Islam sebagai minoritas. Oleh karena itu, saya pun memutuskan untuk membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini.

There is a Miracle in The Way You Meet a Book

Setelah menyelesaikan buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini, perasaan "kenapa ya aku nggak baca buku ini dari dulu?" selalu menghantui saya. Tentu ada perasaan menyesal karena saya ‘terlambat’ membaca buku yang amat memikat hati saya ini.

Meski saya menyesali pertemuan yang terlambat ini, sisi diri saya yang lain memberikan pembelaan. Sebagaimana Tuhan yang selalu punya rahasia dan hikmah di balik pertemuan kita dengan setiap orang, saya juga meyakini bahwa hal tersebut juga berlaku untuk buku. Selalu ada rahasia dibalik pertemuan kita dengan sebuah buku.

Saya membayangkan, jika saya membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini di masa lalu, mungkin saya hanya akan mengatakan, “ini buku yang bagus!”. Namun, membaca buku ini sekarang tentu memberi kesan yang berbeda. Setelah lulus kuliah jurusan sejarah dan memiliki ketertarikan terhadap Islam di Eropa, buku ini bukan sekedar bagus, tapi benar-benar melekat di hati saya. Membaca buku ini setelah saya melewati dan mengalami banyak hal tentu sangat berbeda.

Istana Alhambra Spanyol menjadi salah satu peninggalan Islam di Eropa
Source: pexels.com/Enrique

Penulis buku, Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, mampu mengemas kisah sejarah dengan begitu ciamik. Jika kisah sejarah selalu identik dengan rasa kantuk, maka saya tidak menemukan hal itu ketika membaca buku ini.

Saya merasa bahwa isi dari buku ini benar-benar "daging". Kita akan menemukan banyak catatan sejarah Islam di negara-negara Eropa seperti Austria, Perancis, Spanyol, dan Turki. Selain pembelajaran tekstual, buku ini juga mengajarkan kita mengenai hal-hal kontekstual, seperti bagaimana caranya menjadi agen muslim yang baik.

Membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa membuka cakrawala yang lebih luas bagi saya. Ini bukan sikap hiperbola, tapi saya benar-benar menganggap buku ini sebagai magnum opus.

Setiap tempat selalu menyimpan sejarah juga hikmah. Mempelajari sejarah atau kisah dari tempat yang kita kunjungi dapat memberi sudut pandang yang baru. Jika sejarah suatu tempat itu sama bagi sesiapa saja, maka hikmah atau pelajaran yang didapat tentu akan berbeda. Itulah menariknya sejarah: subjektivitas di dalamnya kadang membawa pelajaran yang berwarna bagi setiap orang.


"Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal."
Epilog 99 Cahaya di Langit Eropa, 372. Mengutip Sang Alkemis.
 

This is HiBoo, Ciao!***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Beberapa Kutipan dari Buku The Book of Overthinking: Cemas Itu Takhayul!

Buku The Book of Overthinking: Benarkah Berpikir Berlebihan Memiliki Dampak Pada Fisik?

Quotes Dalam Buku Sang Alkemis Karya Paulo Coelho, Banyak Nasihat Tentang Mengejar Mimpi!

Sir Walter Raleigh: Dari Kesayangan Ratu Hingga Berakhir di Meja Eksekusi