Zainab binti Muhammad: Inilah Kisah Cinta Beda Agama yang Dialami Putri Rasulullah SAW!

HISTORY – Kisah cinta beda agama menjadi topik hangat yang selalu ramai diperbincangkan dewasa ini. Muda-mudi bilang, “temboknya terlalu tinggi” untuk bisa dihadapi. Sukar, bahkan tak sedikit yang putus harapan.

Kisah cinta beda agama menjadi kasus yang rumit. Seberat apapun masalah yang dihadapi, mungkin bisa ditangani. Namun, jika menyangkut masalah keyakinan dan keimanan, tentu itu menjadi hal yang berbeda.

Ternyata, kisah cinta beda agama ini juga pernah terjadi 1400an tahun yang lalu. Putri tercinta Rasulullah SAW, Zainab binti Muhammad harus dihadapkan pada persoalan ini. Kisah yang mengharukan antara akidah dan cinta. Tidak hanya tentang kisah cintanya saja, sosok mulia Zainab, segala kesulitan yang dihadapi, serta semua kisah tentangnya sangat menyayat hati.

Seperti apa sebenarnya sosok Zainab binti Muhammad dan bagaimana kisah cinta beda agama yang  dialaminya itu? Berikut penjelasannya.

 

Ilustrasi: pixels.com/Pixabay

Biografi Singkat Zainab binti Muhammad

Nama lengkap beliau adalah Zainab binti Muhammad bin Abdullah. Zainab merupakan putri tertua Rasulullah SAW bersama Khadijah RA Beliau lahir 10 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Ketika itu, Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun.

Zainab binti Muhammad dikenal sebagai pribadi yang baik dan dewasa. Baliau merupakan sosok pemimpin yang bisa membimbing adik-adiknya. Sebagai anak tertua, selain mengasuh adik-adik, beliau juga sering membantu pekerjaan rumah ibunda Khadijah RA.

Menikah dengan Abu al-As

Menginjak usia remaja, Zainab binti Muhammad dipinang oleh seorang pemuda yang merupakan sepupu beliau. Dia adalah Abu al-As bin ar-Rabi’ putra Halah binti Khuwailid, saudari dari Khadijah RA.

Abu al-As adalah pemuda terhormat di kalangan masyarakat Mekah. Dia adalah sosok yang loyal terhadap kaumnya, sebagaimana orang Arab Mekah lainnya. Dia juga merupakan seorang pebisnis yang sering melakukan perjalanan dagang ke berbagai tempat.

Kepribadian Abu al-As tidak hanya baik di kalangan masyarakat saja. Dia juga berperilaku baik kepada istrinya, Zainab binti Muhammad. Dia sangat memuliakan dan mencintai istrinya, begitu pun sebaliknya.

Selama pernikahannya, Zainab RA dan Abu al-As dikaruniai dua orang anak yaitu Ali dan Umama. Namun, Ali wafat ketika masih kecil. Rasulullah SAW sangat mencintai Umama dan sering bermain dengannya. Rasulullah SAW juga pernah menggendongnya ketika salat. Hal ini diceritakan dalam sebuah hadis.

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سُلَيْمٍ حَدَّثَنَا أَبُو قَتَادَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ عَلَى عَاتِقِهِ فَصَلَّى فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَفَعَهَا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] telah menceritakan kepada kami [Sa'id Al Maqburi] telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Sulaim] telah menceritakan kepada kami [Abu Qatadah] dia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui kami, sementara Umamah binti Abu Al 'Ash berada dipundak beliau, kemudian beliau mengerjakan shalat, apabila hendak ruku' beliau meletakkannya dan apabila bangkit dari ruku beliau pun mengangkatnya kembali." (H.R. Bukhari No. 5537)

Kisah Cinta Beda Agama

Pada suatu waktu, ketika Abu al-As sedang melakukan perjalanan dagang ke Syam, Rasulullah SAW menyeru penduduk Mekah untuk memeluk Islam. Mendengar hal itu, Zainab binti Muhammad langsung beriman sebagaimana keluarga yang lain.

Ketika pulang dari perjalanan tersebut, Zainab RA langsung menceritakan apa yang terjadi dan mengajak suaminya untuk memeluk Islam. Namun, siapa sangka bahwa respon dari suami tercintanya itu ternyata berbeda. Abu al-As menolak untuk masuk Islam. Zainab RA tentu merasa sedih akan hal itu. Namun, beliau tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa mendoakan suami tercintanya itu agar segara mendapat hidayah.

Abu al-As mengatakan bahwa dia tidak ingin disangka meninggalkan kaum dan kepercayaannya hanya karena mengikuti keinginan istrinya. Meskipun demikian, Abu al-As tidak memusuhi Rasulullah SAW dan meyakini bahwa Rasul SAW merupakan sosok mulia yang sangat dihormati.

Penolakan Abu al-As untuk memeluk Islam juga tidak menjadikan dia memusuhi istrinya atau menceraikannya, sebagaimana yang dilakukan anak-anak Abu Lahab terhadap Ruqayyah binti Muhammad dan Ummu Kultsum binti Muhammad. Abu al-As masih mencintai dan menjaga istrinya dengan baik.

Badr: Saat Ayah Tercinta dan Suami Terkasih Saling Berhadapan

Memasuki tahun kedua setelah peristiwa hijrah, terjadi perang antara kaum muslim dengan pasukan kafir Mekah. Perang yang sangat terkenal yang terjadi di bulan suci Ramadan: Badr.

Siapa sangka bahwa perang antara 313 pasukan melawan 1.000 pasukan ini menyimpan kisah yang mengharukan. Perang Badr menjadi saksi bertemunya mertua dan menantu dari kubu yang berlawanan.

Zainab RA merupakan sosok anak yang sangat mencintai ayahnya dan istri yang taat terhadap suaminya. Beliau harus menghadapi fakta bahwa sang ayah dan sang suami harus saling berhadapan di medan perang.  Fakta ini tentu sangat membuat Zainab RA sedih.

Dr. Omar Suleiman dalam ceramahnya mengakatan bahwa keikutsertaan Abu al-As dalam Perang Badr merupakan sebuah keterpaksaan oleh kaumnya. Dia juga tidak membunuh siapa pun hingga akhirnya menjadi tawanan perang.

Ditahannya Abu al-As sebagai tawanan perang tentu menjadi pukulan yang hebat bagi Zainab RA Terlebih lagi, keluarga sang suami sangat menyalahkan Zainab karena hal itu. Mereka mengatakan bahwa ditangkapnya Abu al-As adalah karena ayah Zainab, yaitu Rasulullah SAW.

Setelah itu, Zainab RA menebus sang suami dengan kalung pemberian dari Khadijah RA. Harta tebusan itu kemudian dibawa oleh saudara Abu al-As ke Madinah.

Melihat kalung tersebut digunakan sebagai harta tebusan, Rasulullah SAW kemudian merasa sedih. Para sahabat kemudian sepakat untuk membebaskan Abu al-As tanpa tebusan. Rasulullah SAW pun mengembalikan kalung tersebut dan meminta agar Abu al-As memulangkan Zainab RA kepada Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan pada saat itu telah turun ayat yang melarang wanita muslim menikah dengan laki-laki musyrik.

Setelah pulang kembali ke Mekah, Abu al-As menyampaikan apa yang Rasulullah SAW minta kepada sang istri. Mendengar hal itu, Zainab RA pun pergi ke Madinah dan berpisah dengan suami tercintanya.

Di tengah perjalanan menuju Madinah, beberapa orang Quraisy mengganggu dan mencelakai Zainab RA hingga akhirnya dia mengalami cedera yang berkepanjangan. Zainab RA juga harus kehilangan bayi yang sedang dikandungnya ketika itu.

Menikah Kembali

Setelah sampai di Madinah, Zainab RA memutuskan untuk tidak menikah lagi dan menjanda selama 6 tahun. Abu al-As juga melakukan hal yang sama di Mekah. Bahkan keluarganya mengatakan akan mencarikan gadis lain untuknya. Namun dia menolak dan mengakatan, “Di suku Quraisy tidak ada gadis yang menandingi istriku.”

Pada suatu waktu, Abu al-As melakukan perjalanan dagang ke Syam bersama kafilah dagang Quraisy. Di tengah perjalanan mereka dicegat oleh pasukan muslim yang dipimpin Zaid bin Haritsah.

Abu al-As berhasil kabur dan memasuki kota Madinah. Dia datang ke rumah Zainab dan meminta perlindungan kepadanya. Zainab RA pun memberikan perlindungan kepada Abu al-As.

Ketika Rasulullah SAW dan para sahabat telah selesai salat subuh, Zainab RA datang dan berkata, “Sesungguhnya Abu al-As ar-Rabi ada dalam perlindunganku.” Rasulullah SAW kemudian berkata’ “Wahai orang-orang apakah kalian mendengar seperti apa yang aku dengar tadi?” Mereka menjawab, “Ya kami mendengarnya wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW melanjutkan, “Demi jiwaku yang berada di bawah kekuasaan-Nya, aku tidak mengetahui sedikitpun tentang apa yang kita dengar, kecuali aku mendengarnya seperti kalian baru saja mendengarnya.”

Rasulullah SAW kemudian memerintahkan kepada Zainab RA agar Abu al-As untuk tidak menyentuhnya dikarenakan dia tidak lagi halal untuk Zainab RA.

Selama mendapat perlindungan, Abu al-As merasa terkesan dengan kehidupan di Madinah. Ketika itu, hatinya mulai terketuk oleh cahaya Islam. Namun, dia memutuskan untuk menunda mengucapkan kalimat syahadat di Madinah. Hal itu karena dia tidak ingin dianggap masuk Islam karena menjadi tawanan atau karena tekanan.

Kemudian, Zainab RA meminta kepada Rasulullah SAW agar mengembalikan barang-barang milik Abu al-As yang telah diambil oleh pasukan muslim. Rasulullah SAW kemudian mengembalikannya dan Abu al-As pulang ke Mekah.

Setelah sampai Mekah dan mengembalikan barang-barang kepada pemiliknya, Abu al-As mengucapkan kalimat syahadat dan memproklamirkan keislamannya di depan orang-orang Mekah. Setelah itu dia pergi kembali ke Madinah.

Abu al-As datang menemui Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Setelah itu, dia meminang kembali Zainab RA, Rasulullah SAW kemudian menikahkan kembali mereka.

Wafat

Setelah satu tahun menikah kembali dengan Abu al-As, Zainab RA pun wafat. Zainab RA wafat karena luka cedera yang beliau alami ketika sebelum hijrah ke Madinah. Kepulangan Zainab ra. kepada Sang Pencipta tentu menorehkan luka bagi Rasulullah SAW juga bagi suaminya, Abu al-As.

 

 

This is HiBoo, Ciao!***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Beberapa Kutipan dari Buku The Book of Overthinking: Cemas Itu Takhayul!

Buku The Book of Overthinking: Benarkah Berpikir Berlebihan Memiliki Dampak Pada Fisik?

Quotes Dalam Buku Sang Alkemis Karya Paulo Coelho, Banyak Nasihat Tentang Mengejar Mimpi!

Sir Walter Raleigh: Dari Kesayangan Ratu Hingga Berakhir di Meja Eksekusi

99 Cahaya di Langit Eropa: Selalu Ada Rahasia Dibalik Pertemuan dengan Sebuah Buku