Buku The Dignity of Writing Karya Ki Ju Lee: Benarkah Tulisan Juga Mengandung Martabat?
BOOK - Menulis bukan hanya kegiatan membubuhkan pemikiran melalui kata. Bagi penulis Ki Ju Lee, menulis adalah bentuk penghormatan pada martabat manusia. Dalam bukunya, The Dignity of Writing, ia mengajak pembaca menyelami bagaimana tulisan tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga ruang refleksi diri.
Book Information
Judul: The Dignity of Writing: Martabat Tulisan
Penulis: Ki Ju Lee
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2019
Halaman: 176
Selayang Pandang
The Dignity of Writing merupakan sebuah buku yang membahas mengenai dunia tulis-menulis, khususnya tentang bagaimana cara menulis tulisan yang bermartabat. Ya, penulisnya tidak mengatakan tulisan yang bagus, tapi tulisan yang memiliki ‘martabat’. Mungkin karena tolak ukur bagus/tidak bagus itu relatif, maka martabat akan lebih cocok digunakan.
Penulis Ki Ju Lee memberi tahu bahwa nilai dan kehormatan suatu tulisan tidak bergantung pada panjang/pendeknya tulisan itu, melainkan terletak pada sifat abadinya dan kemampuannya menebus hidup pembaca. Lantas, bagaimana menciptakan tulisan yang bermartabat itu?
Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian. Tidak hanya membahas mengenai tujuan, visi, atau motivasi menulis, buku yang ditulis Ki Ju Lee ini juga memaparkan tentang cara menulis secara teknis.
Sekilas Tentang Bagian Pertama
Hemat saya, bagian pertama ini merupakan dasar atau persiapan sebelum menulis. Bagian ini juga bisa mencakup mengenai hal-hal non teknis.
Pada bagian ini, penulis mengajak para pembaca untuk berbicara mengenai bagaimana memantapkan hati, menulis bagian awal tulisan, menentukan ruang berlatih, mengelola ambisi, dan lain sebagainya.
Sekilas Tentang Bagian Kedua
Bagian kedua ini banyak membahas masalah yang berhubungan saat kita mulai melangkah untuk menulis. Pada bagian ini, penulis mengajak pembaca untuk mengenal perihal karakter tulisan, gaya menulis, topik, judul, penutup, juga bagaimana membangun kebiasaan.
Sekilas Tentang Bagian Ketiga
Bagian akhir, penulis membahas mengenai kerja keras, cara menciptakan kalimat dengan aktif, kata pengantar, introspeksi diri, dan jangan lupakan bagian paling krusial, revisi.
Ulasan
Bagi saya, buku ini tidak hanya membahas bagaimana caranya menulis. Tetapi lebih jauh dari itu, buku ini seperti memberi semangat bagi saya untuk tetap menulis dan menikmati prosesnya. Bahkan ketika saya merasa kebingungan untuk melanjutkan tulisan atau merasa kekurangan motivasi, saya akan kembali membuka buku ini untuk mencari inspirasi dan penguatan.
Namun, terdapat beberapa analogi tata bahasa yang penulis jelaskan dalam buku ini. Bagian tersebut sedikit membuat saya bingung, karena mungkin saya tidak memiliki latar belakang yang berhubungan dengan itu. Meski demikian, bagian-bagian tersebut tetap memiliki keterkaitan dengan tulis-menulis.
“Kata-kata dan kalimat yang memiliki makna mendalam mengandung ‘aroma’ yang lembut dan lestari. Saat buku ditutup, huruf-huruf bisa hilang dari penglihatan, tetapi wangi tulisan meresap dalam pikiran dan hati pembacanya. Wangi itu bertahan di sana, mengelus pundak yang lelah dan menyembuhkan luka.”
Ki Ju Lee
This is HiBoo, Ciao!***
Komentar
Posting Komentar