Menguak Perilaku Downshifting dalam Buku Welcome to Hyunam-Dong Bookshop karya Hwang Bo-reum



BOOK - 
Buku Welcome to The Hyunam-Dong Bookshop karya penulis Hwang Bo-reum berhasil memberikan cerita sederhana namun penuh makna, juga sangat menggambarkan kehidupan banyak orang di masa sekarang: orang dewasa dengan masalah pekerjaannya, remaja yang dilema masalah pendidikan, ikatan rumit percintaan, hubungan ibu dengan anak, bahkan konflik dengan diri sendiri. Semua itu tersirat dalam buku garapan penulis asal Korea Selatan ini.

Informasi Buku

Judul: Welcome to The Hyunam-Dong Bookshop
Penulis: Hwang Bo-reum
Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit: 2024
Halaman: 400

Selayang Pandang

Buku ini mengisahkan seorang wanita bernama Yeong-ju yang mengelola sebuah toko buku setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya.  Dalam mengelola toko bukunya, Yeong-ju dibantu oleh Min-jun yang bertugas sebagai barista di bagian coffee shop dalam toko buku tersebut.

Toko itu juga menghubungkan Yeong-ju dengan berbagai tokoh seperti si kecil Mincheol dan ibunya Hee-ju, pemasok kopi sekaligus teman tokoh utama bernama Jimmy, pelanggan setia Jeong-Su, penulis Seungwoo, dan yang lainnya. Setiap tokoh tidak hanya sekedar datang ke toko tersebut, namun mereka membawa berbagai kisah menarik yang menurut saya sangat relate dengan kehidupan sekarang.

Salah satu dari banyaknya permasalahan yang ada di dalam buku yang memiliki tebal 400 halaman ini adalah mengenai perilaku downshifting. Istilah ini sering muncul berhubungan dengan sikap kita terhadap pekerjaan. Ini merupakan suatu tema psikologis yang disinggung baik secara tersirat maupun tersurat oleh penulis buku.

Apa Itu Downshifting?

Downshifting merupakan istilah psikologi yang merujuk pada perilaku seseorang mengurangi pekerjaan untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Oxford Dictionary, downshifting adalah mengubah karir atau gaya hidup yang menguntungkan secara finansial namun penuh tekanan menjadi karir atau gaya hidup yang tidak terlalu tertekan dan bergaji namun lebih memuaskan.

Cambridge Dictionary mendefinisikan downshifting sebagai praktik meninggalkan pekerjaan yang bergaji tinggi dan sulit untuk melakukan sesuatu yang memberi Anda lebih banyak waktu dan kepuasan tetapi lebih sedikit uang.

Seringkali beban kerja yang banyak serta sedikitnya waktu untuk kehidupan pribadi membuat orang memutuskan untuk mengambil sikap downshifting. Semua dilakukan bukan hanya untuk kesehatan mental pekerja, tapi juga agar mereka bisa memperoleh kualitas hidup yang jauh lebih baik.

Downshifting dalam Buku Welcome to The Hyunam-Dong Bookshop

Istilah downshifting pertama muncul di bab “Sikap Terhadap Pekerjaan” dalam buku Welcome to The Hyunam-Dong Bookshop. Pada bab itu, diceritakan beberapa orang, termasuk Yeong-ju dan Min-jun sedang melakukan diskusi mengenai buku dalam klub membaca di toko buku tersebut. Buku yang dibahas adalah The Right Not to Work.

Beberapa orang yang hadir dalam diskusi memberikan pandangan masing-masing mengenai pekerjaan dan berbagai permasalahannya. Beberapa dari mereka menyayangkan sikap kebanyakan orang yang terlalu menuhankan kerja, sehingga melupakan banyak hal. Mereka juga melihat fenomena orang yang terus bekerja sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dirinya sendiri.

Sebuah kutipan dalam buku itu mengatakan, “Masyarakat ini tersusun untuk hidup dengan bekerja, namun fenomena semakin banyak orang tidak mampu bekerja menyebar ke seluruh dunia. Mereka yang bekerja tidak dapat menjalani kehidupan manusia karena terasing dan kelelahan, dan mereka yang tidak bekerja tidak dapat menjalani kehidupan manusia karena mereka tidak dapat menghasilkan uang.”

Pada diskusi tersebut, terdapat seorang laki-laki yang menyebut dirinya sebagai pelaku downshifting. Pria tersebut memutuskan untuk keluar dari perusahaan setelah tiga tahun bekerja karena merasa tertekan dan frustasi. Meski ia menjadi pelaku downshifting dan mulai bekerja paruh waktu setelah resign, ia tetap bersikap objektif dengan mengatakan bahwa semua hal memiliki kelemahan dan kelebihan.

Pria itu mengatakan, “Jadi, maksud saya, kehidupan downshifting juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Tentunya saya senang karena saya bisa memiliki banyak waktu untuk diri sendiri. Tapi saya merasa mendesak karena tidak bisa menghasilkan uang, dan tidak mudah melakukan perjalanan kemana pun. Saya bahkan tidak mendapatkan pengakuan sosial.”

Jika kita menelisik lebih dalam, downshifting memang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Namun, tidak selalu perilaku tersebut berlaku tanpa cacat. Sebagaimana yang dikatakan pria tadi, setiap hal memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagian ini juga seolah menjadi pengingat untuk para pembaca yang ingin mengambil langkah seperti pria tadi, hendaknya melakukan pertimbangan terlebih dahulu tentang sisi baik dan buruknya.

Sikap downshifting juga diceritakan secara tersirat dalam buku ini. Jeong-su merupakan seorang pelanggan tetap yang selalu sibuk dengan susemi-nyaMeski tidak disebutkan secara tersurat sebagaimana pria tadi, kisah Jeong-su menunjukan bahwa ia mengambil sikap downshifting seperti si pria.

Diceritakan bahwa Jeong-su merupakan seseorang yang memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Alasannya, kurang-lebih sama dengan si pria. Namun, jika si pria menjadi pekerja paruh waktu setelah berhenti bekerja, Jeong-su menghabiskan waktunya dengan merajut susemi di toko buku milik Yeong-ju. Baginya, merajut susemi dapat meredakan stres yang ia alami. Hampir setiap hari (atau sering) Jeong-su datang ke toko. Selain merajut, kadang ia juga bertukar pikiran atau sekedar mengobrol dengan yang lainnya.

Saat itu Jeong-su tidak berniat untuk tidak lagi bekerja secara permanen. Ia hanya mengambil jeda untuk menenangkan pikirannya, kemudian ia bekerja saat sudah merasa lebih baik. Sikap Jeong-su ini bisa dikategorikan ke dalam bentuk downshifting yang periodik.

Akhirnya, Welcome to Hyunamdong Bookshop bukan hanya kisah tentang sebuah toko buku, melainkan juga tentang tempat yang memberi ruang bagi jiwa-jiwa yang ingin beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan. Melalui narasi hangatnya, buku ini mengingatkan kita bahwa membaca, berbagi cerita, dan sekadar duduk tenang di antara rak buku bisa menjadi bentuk penyembuhan yang sederhana, tetapi bermakna. Barangkali, setelah menutup halaman terakhir, kita akan merasa rindu untuk singgah—bukan hanya ke toko buku di Hyunamdong, tetapi juga ke sudut tenang dalam diri kita sendiri.

 

“Jika pemahaman mendalam penulis menyentuh hati pembaca, dan jika sentuhan itu membantu pembaca dalam memahami kehidupan, bukankah itu buku yang bagus?”
Welcome to The Hyunam-Dong Bookshop, 36

 

This is HiBoo, Ciao!***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Beberapa Kutipan dari Buku The Book of Overthinking: Cemas Itu Takhayul!

Buku The Book of Overthinking: Benarkah Berpikir Berlebihan Memiliki Dampak Pada Fisik?

Quotes Dalam Buku Sang Alkemis Karya Paulo Coelho, Banyak Nasihat Tentang Mengejar Mimpi!

Sir Walter Raleigh: Dari Kesayangan Ratu Hingga Berakhir di Meja Eksekusi

99 Cahaya di Langit Eropa: Selalu Ada Rahasia Dibalik Pertemuan dengan Sebuah Buku