Dari Masjid al-Aqsa ke Masjid al-Haram: Inilah Sejarah dan Hikmah Perpindahan Arah Kiblat
HISTORY – Bulan Syakban bukan hanya merupakan bulan yang di dalamnya terdapat keutamaan malam Nisfu Syakban saja. Pada bulan ini, terjadi juga beberapa peristiwa sejarah yang banyak mengandung hikmah, contohnya seperti peristiwa perpindahan arah kiblat.
Salat telah ada jauh sebelum peristiwa Isra Mikraj. Setelah
mendapat wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW melaksanakan salat sebagaimana yang
diajarkan Jibril. Kemudian, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW pun mendirikan
salat sebagaimana yang Allah SWT perintahkan.
Masjid al-Aqsa, yang berada di dalam kawasan suci Baitul Maqdis di Yerusalem, dikenal dalam riwayat populer sebagai kiblat pertama bagi umat Islam. Sebelum adanya perintah untuk memindahkan arah kiblat, umat Islam salat menghadap Baitul Maqdis. Perintah pemindahan kiblat terjadi setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Sejarah Perpindahan Arah Kiblat
Selama
kurang lebih dua tahun, umat Islam salat menghadap ke arah Baitul Maqdis
(Yerusalem), kawasan suci yang di dalamnya terdapat Masjid al-Aqsa. Ketika itu,
orang Yahudi banyak memberikan komentar miring terhadap umat Islam. Mereka
mengatakan bahwa ajaran Islam bukanlah ajaran yang benar dan menuduh Islam
hanya mengikuti ajaran mereka, salah satunya karena arah kiblat yang sama-sama
menghadap Baitul Maqdis.
Pada
periode dakwah di Mekah, Rasulullah SAW selalu salat di depan Kakbah sambil
menghadap ke Baitul Maqdis. Hal ini berarti beliau SAW salat dengan arah
yang sejajar antara Masjid al-Haram dan Baitul Maqdis. Dalam hati beliau
telah ada keinginan untuk salat menghadap Masjid al-Haram sepenuhnya, sehingga
beliau sering menengadah ke langit memohon petunjuk Allah SWT.
Setelah
beliau SAW hijrah ke Madinah, arah salat beliau menghadap Baitul Maqdis
sepenuhnya dan membelakangi Masjid al-Haram, karena letak geografis Mekah dan
Madinah berbeda. Hal ini membuat beliau merasa sedih.
Pada
bulan Syakban tahun 2 H, Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam Q.S. Al-Baqarah
ayat 144:
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى
السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَاۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗۗ
وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ
رَّبِّهِمْۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Artinya:
“Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit.
Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjid al-Haram. Di mana pun kamu sekalian berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab
benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjid al-Haram) itu adalah
kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.”
Salah
satu bukti tempat terjadinya peristiwa ini adalah Masjid Qiblatain (“Masjid Dua
Kiblat”). Diriwayatkan bahwa ketika wahyu pemindahan kiblat turun, sebagian
umat Islam sedang salat di masjid tersebut menghadap kiblat pertama (Baitul
Maqdis). Setelah mendengar wahyu, mereka memutar arah salat ke Masjid
al-Haram di tengah-tengah salat.
Setelah
kiblat umat Islam berpindah ke Masjid al-Haram, orang-orang Yahudi merasa
gelisah. Mereka bahkan meminta Rasulullah SAW mengembalikan arah kiblat seperti
semula. Sikap ini kontradiktif, karena sebelumnya mereka mencela umat Islam
yang kiblatnya sama dengan mereka, tetapi setelah kiblat dipindahkan, mereka
justru tidak senang.
![]() |
Umat muslim sedang thawaf di Kakbah Source: pexels.com/Haydan As-soendawy |
Hikmah
dari Perpindahan Arah Kiblat
Di balik peristiwa penting ini, terdapat banyak
hikmah yang bisa diambil. Beberapa di antaranya adalah:
1. Bukti
kuatnya syariat Islam
Islam adalah agama yang haq
(benar). Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 19:
اِنَّ
الدِّيۡنَ عِنۡدَ اللّٰهِ الۡاِسۡلَامُ ۗ وَمَا اخۡتَلَفَ الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا
الۡكِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡيًا ۢ بَيۡنَهُمۡؕ
وَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيۡعُ الْحِسَابِ
Artinya: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.
Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar
terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Perpindahan arah kiblat menjadi bukti bahwa
Islam adalah agama yang benar, bukan tiruan sebagaimana tuduhan sebagian
Yahudi. Syariat Islam juga tidak dapat diintervensi oleh pihak mana pun. Meskipun
ada permintaan untuk mengembalikan arah kiblat seperti semula, perintah Allah
SWT adalah mutlak.
2. Menaati
perintah Allah
Perintah Allah adalah kebenaran yang wajib
ditaati. Perubahan arah kiblat adalah ujian ketaatan bagi umat Islam.
Disebutkan dalam riwayat, ada sebagian orang yang ragu dan akhirnya murtad,
sementara sebagian lain justru bertambah imannya. Hal ini menunjukkan bahwa
perintah Allah akan menjadi ujian keimanan bagi hamba-Nya.
3.
Membungkam kesombongan Yahudi
Kaum Yahudi pada masa itu merasa diri mereka
sebagai umat istimewa yang berbeda dari yang lain. Kesombongan ini membuat
mereka enggan menerima kebenaran. Pemindahan kiblat ke Masjid al-Haram
membungkam anggapan mereka bahwa Islam sekadar mengikuti ajaran mereka.
Itulah beberapa hikmah dari peristiwa
perpindahan arah kiblat yang terjadi pada bulan Syakban. Tentu masih banyak
hikmah lain yang bisa digali dari peristiwa besar ini.
Komentar
Posting Komentar