Aku Hindania. Orang yang sama yang disebut oleh Hatta.

Tulisan ini terinspirasi dari cerpen karya Bung Hatta yang berjudul "Nasib Hindania". *** Aku Hindania. Orang yang sama yang disebut oleh Hatta. Di ujung langit yang suram, aku bendung air mata—tetes yang sama dengan apa yang aku rasakan di masa lalu. Bukan tanda bahagia, melainkan kesedihan yang mengandung luka. Bedanya, dulu aku sakit karena Wollandia, sekarang aku patah karena putra-putri yang selalu aku bela. Angin Monsun Australia yang harusnya membawa kering kini ikut tersedu melihat keadaan rumahku yang begitu memprihatinkan. Dia membawa penghiburan: pertengkaran di dalam rumah adalah hal yang biasa. Begitulah keluarga. Namun, apakah itu benar-benar hal yang lumrah? Setelah pertengkaran itu meregang nyawa, apa itu masih bisa disebut keluarga? Aku tersedu kembali. Merintih menghadapi kenyataan yang begitu pahit. Setelah aku beri mereka merdeka, kenapa mereka tak coba untuk hidup sejahtera? Berdampingan dengan rukun sesuai warisan yang aku rajut: lima sila yang ...